Mengenai Saya

Foto saya
Hai, Aku seorang perempuan muda yang suka menyebar keceriaan ke orang sekitarku dan seorang perempuan indonesia berdarah asli suku kutai. And I'm Proud to be Indonesian Women

Senin, 25 Mei 2020

KISAH 
ANAK SIMA
Malam itu aku baru saja pulang dari kampus untuk mengambil dokumen dari dosenku, sekitar pukul 08.00 malam. Dan hanya sendirian ditemani cahaya bulan. Kampusku tidak terlalu jauh dari Kost ku, dan aku lebih memilih berjalan kaki untuk menghemat uang bulananku.
Jalanan terasa sepi karna banyak orang yang memilih mengurung diri di rumah dalam masa karantina pandemi covid-19 ini. Hanya suara langkah kaki ku yang terdengar kala itu, aku memilih melihat handphone ku untuk mengusir rasa takutku. Semakin lama jantungku semakin berdegup kencang dan keringat dingin mengucur di wajahku. Tubuhku seolah bereaksi terhadap rasa takutku akan tempat itu. Tempat dengan kejadian ganjil, aneh, menakutkan, apapun kata yang bisa menjelaskan tempat tersebut.
Akhirnya aku sampai ke kebun itu. Yaa kebun yang sering dibicarakan orang sekitar, banyak yg berkata kebun itu angker. Dan banyak orang yg menjadi korban kejadian aneh dari kebun tersebut, 2 bulan lalu seorang ibu paruh baya ditemukan pingsan di dalam kebun itu dengan punggung berdarah. Juga ada yang menemukan seorang gadis SMA terduduk diam di balik pohon kebun itu dan hanya mengatakan "aku bukan ibunya, aku bukan ibunya". Ntahlah apa yang terjadi padanya, namun semua korban dari kejadian aneh itu seorang wanita.
Konon katanya jika mendengar suara bayi menangis dari tempat tersebut jangan pernah menghampirinya, jangan mencari tahu, dan jangan pernah menoleh ke arah tersebut atau kau akan terkejut dengan yang kau temukan. Itulah peraturan yang ku pegang erat saat melewati tempat itu, tapi ntah mengapa malam itu aku memilih melanggarperaturan itu. Saat itulah aku sadar akan kebodohan yang ku buat dan membuatku harus mengingat gambaran itu seumur hidupku.
Langkah demi langkah kulalui aku mulai mendekati kebun itu, samar aku mendengar suara tangisan bayi seketika aku berhenti bernafas dan jantungku seolah berhenti. Aku memilih menunduk dan kembali meneruskan langkahku. Tangisan itu sangat keras dan semakinn keras seperti tangis bayi yang mencari ibunya. Rasa takutku bertambah namun rasa penasaranku juga muncul kala itu, mataku seakan ingin tertuju ke arah kebun itu namun aku terlalu takut.
Saat aku sudah hampir melewati kebun itu aku memutuskan untuk menoleh sedikit ke arah kebun itu. Disitulah kesalahan terbesarku. Ketika aku menoleh, samar aku melihat dari balik pepohonan itu sosok anak kecil. Aku terkejut, anak itu keluar perlahan dari balik pohon dan dia berdiri menghadapku dan mulai menangis. Tubuhnya seperti anak berumur 2 tahun namun suara tangisannya seperti bayi baru lahir. Tangisan itu semakin kencang hingga akhirnya berubah menjadi teriakan, saat itu wujud aslinya makin terlihat wajah penuh sayat, tubuhnya putih pucat, dari mulutnya keluar darah dan ia memegang jantung yang masih berdetak dan penuh darah. Aku terdiam, tubuhku membeku lidahku kelu, rasa takut memenuhi tiap sisi tubuhku. Aku berusaha teriak namun aku tak mampu. Pandanganku kabur hingga aku tidak ingat apa yang terjadi, keesokan harinya aku ditemukan pingsan oleh warga sekitar di pinggir jalan raya agak jauh dari kebun itu. Seorang nenek tua warga daerah itu berkata bahwa diriku beruntung karna hanya pingsan tanpa luka. "Ikam beuntung cu, Jantung ikam selamat dari Anak Sima". Itulah yang nenek itu katakan, ternyata sosok itu dipanggil dengan nama tersebut. Dan di waktu yang sama ditemukan mayat wanita dengan lubang di punggungnya dan jantung hilang di dalam kebun tersebut. Seketika aku tahu jantung siapa yang dipegangnya malam itu, dan betapa beruntungnya bukan jantungku yang berada di tangannya.